Cerita Tentang Stigma di Era Covid-19: Perspektif Kolaborasi Kreasi Bersama, Teknologi, Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Thepresidentpost.id - Hari bagus. Pagi bersua dengan kawan lama bersuara bagus, Raja Li, dihutan hijau disebelah utara semenajung. Kala itu mencari sumber air untuk bekal dimusim panas. Mari melihat sedikit kedalam satu konteks tentang stigma atas WIKI. Menggunakan mikroskop, berikut kuliah pagi, cerita tentang stigma di Era Covid - 19.
Kuliah pagi boleh jadi momok, masalah bagi yang susah bangun awal, menyenangkan bagi early birds, prajurit laskar Pelangi. Hari ini, konteks kuliah di Era Covid - 19, membuat pola hidup masyarakat (termasuk masyarakat intelek) makin tertib atau makin kacau, entahlah. Menyadari akan mahalnya harga masa.
Diskursus Covid - 19 juga membuat masyarakat intelek termasuk para Profesor, Dosen Senior, dan Para Dosen, memahami pentingnya strategi kontekstual penerapan pedagogy, fleksibilitas perubahan dalam pandangan school of thought.
Ajek pandangan school of thought dalam konteks Covid - 19 menekankan pola kolaborasi kreasi penerapan berpusat pada Mahasiswa, peserta didik, generasi muda penerus tahta siklus kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
Pola kolaborasi kreasi penerapan berpusat pada Mahasiswa bukan hal baru, tak pun menjadi hal kurang canggih (less cutting - edge). Namun, kondisi pandemik sekali lagi menyadarkan pentingnya kembali kepada basis pandangan fleksibilitas school of thought, yaitu kiblat tertentu dari Universitas, serta pedagogy khas penentu perubahan dari institusi pendidikan tinggi.
Basis pandangan fleksibilitas school of thought menurut pada (tidak terbatas) keberkaitan atas penerapan dan ketergantungan teknologi komunikasi dan informasi. Hal ini menyebabkan pentingnya ulang - kaji atas momok ketidak - ingin - an mengoptimalkan kegunaan atribut teknologi yang ter - sigma negatif.
Beralasan khas ingin mengelakkan plagiarisasi, alergi atas kata “meniru”, “mencontek”. Namun, meniru dalam sejarah kehidupan manusia telah menjadi pijakan atas arus menuju kematangan. Meniru, melihat dahulu untuk kemudian memodifikasi dan cross checking suatu kajian atas fenomena alam dan fenomena sosial.
Meniru dapat menjadi saintifk manakala menurut pada petunjuk dan arahan school of thought, tradisi berpikir yang turun - temurun diulang - kaji oleh masyarakat akademik. Terverifikasi dalam process ujian berkelanjutan (continuous testing).
Untuk itu, meniru sepatutnya dan selayaknya menjadi perhatian untuk pembentukan wacana bermakna baik, terukur, dan betul. Meniru patut diulang - kaji, diarahkan dan ditumbuhkan menjadi food for thought. Meniru yang baik sepatutnya didesain dengan akar rujukan khas tertib saintifik serta terarah dalam balutan autentik bawaan diri.
Disinilah peran masyarakat intelek, khususnya Profesor, Dosen Senior, dan Para Dosen dalam membekali Mahasiswa untuk memiliki integritas (akademik) setiap kuliah yang diberikan.
Plagiarisasi dan/atau mencontek melekat erat pada konsep alergi para masyarakat intelek terhadap data dan informasi dari Internet. Pada akhir tahun 90 - an dan 2000 - an, Mahasiwa dilarang untuk mensitasi bacaan dari internet, contohnya sigma atas WIKI.
Tak mengherankan, ketidaktahuan mengarah pada stigmasi ekstrim, larangan yang kurang diulang - kaji. Mengherankan bagi yang ingin mengkaji - ulang kebenaran dari pengharaman atas stigma, labelisasi yang condong menyesatkan.
Bak warna hitam yang kelam, warna hitam pun dapat optimal dalam konteks tertentu. Senadi, WIKI pun memiliki daya guna, dapat digunakan sebagai medium kolaborasi kreasi bersama untuk membangunkan desain cakrawala berpikir objektif sistemik.
Pen - stigma - an bukan hanya mengeruhkan warna air bening yang mungkin layak untuk diminum, food for thought. Salah satu contoh pengoptimalisasian atas daya guna WIKI sebagai medium untuk belajar - mengajar.
Khas, atribut teknologi dapat dengan ramah menjadi medium untuk kegiatan belajar - mengajar, khususnya dalam konteks penerapan kolaborasi kreasi pengembangan ilmu pengetahuan berpusat pada Mahasiswa.
Penerapan kolaborasi kreasi pengembangan ilmu pengetahuan dapat dilakukan untuk memperkaya khasanah pengembangan ilmu pengetahuan. WIKI memiliki ruang untuk itu.
WIKI Collaborative khususnya bukan hanya membantu pengajar dalam era Covid - 19, namun juga mengakomodasi kehausan para Mahasiswa dalam mengekspresikan serapan berpikir yang dinadi - kan oleh Profesor, Dosen Senior, dan Para Dosen dalam setiap kuliah yang diberikan.
Dengan medium WIKI Collaborative, capaian atas learning outcomes menjadi lebih cutting - edge, terlebih pengembangan ilmu pengetahuan menjadi lebih cair.
Dengan kekuatan dan otoritas dari gatekeepers, yaitu para Profesor, Dosen Senior, dan Para Dosen, dan pembekalan kuliah melalui medium teknologi, ilmu pengetahuan dapat dikembangkan. Untuk itu, stigma dan labelisasi atas pencitraan negatif perlu untuk diulang - kaji.
Daya guna teknologi seperti WIKI Collaborative dapat dijadikan medium untuk serapan berpikir. Pengembangan ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan kolaborasi kreasi bersama, berpusat pada Mahasiswa, melalui penugasan kerja bersama (group assignment) dan optimalisasi dari atribut teknologi.
Dengan demikian, perspektif kolaborasi kreasi bersama akan membangunkan desain cakrawala berpikir objektif sistemik, serta merunut pada pendekatan serapan berpikir holistik dan terbuka.
Daya guna khas dari stigma dan labelisasi dapat dikikis oleh gaung kuliah dengan kelekatan tradisi intelektual berpikir holistik dan terbuka.
Diskursus menyenangkan bak sarapan nikmat, duduk bersama sekejap dengan kolega senior nan bijak dan Profesor nan arif. Meneteskan sedikit ilmu tentang konsep belajar dan stigma. Semoga bermanfaat.
Oleh: Bintang Handayani, PhD
Pecinta hewan dan Dosen senior President University
Baca Juga
- The Indonesian Embassy in Cairo Receives Aid for Palestine
- Ministry of Foreign Affairs and Supreme Court Optimize Digitalization of Cross-border Civil Legal Assistance Services
- The Indonesian Embassy in Cairo Receives Aid for Palestine
- The Indonesian Consulate General in Perth Introduces Potential Agricultural Cooperation Between Indonesia and Western Australia at the Food Innovation…
- Indonesian Seafarer Released by Angolan Police with Assistance from the Indonesian Embassy in Windhoek
Komentar