Joe Biden Memenangkan Pemilu! Beberapa Sentimen Ini Mempengaruhi Pergerakan IHSG pada Pekan ke 2 November 2020
Thepresidentpost.id
Jakarta - Pemilu Amerika Serikat telah berlangsung tanggal 3 November 2020 yang menjadi perhatian pelaku pasar. Indeks di pasar saham mayoritas menguat menyambut potensi Joe Biden memenangkan pemilu. Dari hasil prediksi perhitungan tidak resmi menunjukan Biden berhasil memenangkan pemilu dengan 290 elektoral. Demokrat berdasarkan prediksi berhasil memenangkan suara di Georgia lagi sejak terakhir kali tahun 1992 dan Arizona sejak 1996. Proyeksi BBC berdasarkan hasil tidak resemi Negara bagian yang telah menyelesaikan perhitungan suara menunjukan kemenangan Biden dengan 273 suara elektoral. Pelaku pasar sangat memperhatikan pemilihan presiden karena mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat ke depannya. Berikut Prediksi Pengamat Saham dan Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee
Potensi sengketa pemilu sangat mungkin terjadi. Hal ini tidak lepas dari metode pemilihan umum yang dilakukan, dimana di ijinkannya penggunaan pos untuk mengirim surat suara. Pendukung Demokrat lebih taat protokol kesehatan sehingga banyak megirim surat suara via pos, sedangkan pendukung Republik banyak datang ke tempat pengambilan suara. Karena itu diawal perhitungan di beberapa Negara bagian yang mengalami pertarungan berat diawal perhitungan suara Republik mampu memang, tetapi setelah surat suara dari pos dihitung keadaan mulai berbalik. Belum lagi di Negara bagian yang sangat ketat ini selisih suara kedua partai cukup ketat sehingga menimbulkan risiko diperdebatkan.
Dinegara bagian dengan pertarungan ketat seperti Georgia, Pennsylvania, Arizona, dan Nevada Biden mampu memimpin setelah surat suara via pos dihitung. Trump merasa dicurangi karena pembalikan arah suara ini. Di beberapa Negara bagian penting yang menentukan perhitungan suara Trump telah mengajukan gugatan hukum sehingga menaikan ketidak pastian pasar. Pemilu yang berakhir di pengadilan dikhawatirkan akan membuat pelaku pasar melakukan aksi ambil untung.
Kemenangan Biden membawa potensi perang dagang antara China dan Amerika Serikat tidak menjadi lebih buruk. Ada harapan perang dagang AS dengan China, Eropa dan Meksiko akan berhenti. Ini cenderung membuat risiko pasar turun dan menurunkan votalitas pasar. Hal ini cenderung membuat mata uang dunia menguat terhadap USD termasuk Yuan, Euro, dll. Rupiah tidak tertinggal dan dalam beberapa hari mengalami penguatan signifikan. Ini juga mendorong dana masuk ke aset berisiko di emerging market.
Harapan stimulus fiskal AS yang besar nampaknya sedikit berkurang menyusul potensi gagalnya gelombang biru Demokrat. Partai Republik diperkirakan masih akan mengontrol Senat dan partai Demokrat di DPR AS. Hal ini berpotensi menyulitkan Biden dan Demokrat meloloskan kebijkan stimulus fiskal dalam jumlah besar. Tertundanya kebijakan fiskal sangat mungkin mendorong Federal Reserve mengeluarkan kebijkan moneter yang lebih akomodatif. Tambahan stimulus moneter, suku bunga rendah dalam jangka panjang karena terbatasnya stimulus fiskal untuk membuat ekonomi Amerika Serikat sulit cepat pulih. Hal ini menjadi keuntungan bagi Pasar Negara berkembang.
Tanpa gelombang biru selain menghalangi stimulus fiskal yang besar juga menghalangi perubahan kebijakan yang radikal di AS. Hal ini akan menyulitkan kenaikan pajak perusahaan dan perseroangan, pengawasan perusahaan yang lebih ketat, memperluas healthcare dan memerangi perubahan iklim dengan kebijakan grean energy. Hal ini merupakan kuncian yang baik terutama untuk pasar keuangan karena bila terjadi kenaikan pajak perusahaan mendorong valuasi saham menjadi mahal dan berpotensi mendorong pasar saham Amerika Serikat terkoreksi.
Kenaikan kasus Covid 19 menjadi perhatian pelaku pasar. Peningkatan kasus telah memaksa beberapa Negara melakukan penguncian kembali dan cenderung menghalangi trend pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung. Inggris memasuki penguncian kedua untuk menekan peningkatan jumlah kasus Covid - 19. Italia dan Norwegia juga memperketat pembatasan akibat naiknya kasus Covid - 19. Biden juga dianggap lebih pro kesehatan sehingga berpotensi mendorong terjadinya lockdown yang ketat di Amerika Serikat untuk mengatasi pandemi corona baru yang sekarnag terjadi. Penguncian ekonomi akibat pendemi berpotensi menurunkan aktivitas ekonomi dan berpotensi mendorong pasar saham terkoreksi.
Ekonomi Indonesia pada kuartal ke 3 2020 resmi mengalami resesi dengan tumbuh negative - 3.49 %. Tetapi pertumbuhan ini lebih baik dari negative - 5,32 % pada kuartal ke dua dan lebih baik dari banyak Negara lain di dunia. Hasil pemilu AS membuat mata uang yang paling volatail terhadap Dollar seperti Yen Jepang, Rupiah dan Won Korea menguat. Potensi dana asing akan kembali masuk ke emerging market. Obligasi Pemerintah Indonesia juga berpotensi mendapatakn sentiment positif karena nilai tukar Rupiah yang dianggap undervalued , biaya lindung nilai yang relatif rendah dan Yield US Treasury masih akan tetap rendah.
Pasar saham dunia termasuk Indonesia diawal pekan mungkin menguat menyambut kemenangan Biden. Tetapi sesudah itu sangat rawan mengalami aksi profit taking akibat kenaikan yang banyak pada minggu lalu. Selain itu potensi sengekta politik di AS membawa peluang pelaku pasar melakukan aksi ambil untung. Resistance IHSG di level 5,381 sampai 5,500 dan Support di level 5,246 sampai 5,161.
Baca Juga
- President Jokowi Reaffirms Commitment to Farmers’ Welfare
- Bapanas Head Ensures Availability of Rice Stock Ahead of Ramadan
- The 7th Abu Dhabi Dialogue in Dubai: Commitment to Enhance Migrant Worker Welfare and Gender Equality
- Rice Stock at Cipinang Central Market Sufficient: President Jokowi
- Investment in Manufacturing Industry Shows Upward Trend in Past Decade: Industry Minister
Komentar