Rabu, 25 Desember 2024|Jakarta, Indonesia

Diperlukan Tindakan Darurat Atasi Sindemik Penyakit Kronis Hingga Covid-19

Ridwan

Minggu, 18 Oktober 2020 - 14:50 WIB

Virus Corona atau Covid-19
Virus Corona atau Covid-19
A A A

Thepresidentpost.id - Jakarta - KRISIS penyakit - penyakit kronis dan kegagalan kesehatan masyarakat global untuk membendung kebangkitan faktor - faktor berisiko yang sangat mungkin dapat dicegah, telah membuat penduduk dunia rentan terhadap kondisi darurat kesehatan yang akut seperti covid - 19.

Studi yang dilansir di salah satu jurnal paling terkenal di dunia, The Lancet, mengungkapkan tindakan darurat diperlukan untuk mengatasi sindemik penyakit - penyakit kronis global, kesenjangan sosial, dan covid - 19 untuk memastikan sistem kesehatan yang lebih tangguh dan masyarakat yang lebih sehat sehingga membuat negara - negara menjadi lebih kuat terhadap ancaman pandemi di masa depan.

Temuan - temuan terbaru, yang dipublikasikan, Minggu (17/10), The Lancet memberikan wawasan baru mengenai seberapa baik penduduk dunia dipersiapkan hal kesehatan pokok untuk menghadapi pandemi covid - 19 dan menetapkan skala atau tingkat kesulitan yang tepat untuk melindungi populasi dunia dari ancaman pandemi lebih lanjut.

Studi ini juga mengungkapkan meningkatnya paparan terhadap faktor - faktor risiko utama (termasuk tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, indeks massa tubuh (BMI) tinggi, dan kolesterol yang meningkat), disertai meningkatnya kematian karena penyakit kardiovaskular di beberapa negara (misalnya AmerikaSerikat dan Karibia), menunjukkan dunia mungkin sedang mendekati sebuah ’titik balik’ dalam peningkatan harapan hidup.

Sementara itu, The Global Burden of Disease Study memberikan sebuah strategi dan perencanaan menuju kebutuhan yang paling besar, dengan data masing - masing negara mengenai faktor - faktor risiko dan beban penyakit kronis.

Interaksi covid - 19 dengan penyakit kronis yang terus meningkat secara global danfaktor - faktor risiko terkait, termasuk obesitas, gula darah yang tinggi, dan polusi udara luar ruangan, selama 30 tahun terakhir telah menciptakan sebuah badai yang ‘sempurna’, yang memicu tingkat kematian covid - 19.

Para penulis menekankan janji mengenai pencegahan penyakit melalui tindakan pemerintah atau insentif yang memungkinkan perilaku yang lebih sehat dan akses ke fasilitas kesehatan tidak terwujud di seluruh dunia.

"Sebagian besar faktor - faktor risiko ini dapat dicegah dan diobati, dengan mengatasinya akan memberikan manfaat sosial dan ekonomi yang besar," ujar Professor Christopher Murray, Direktur Institute for Health Metrics and Evaluation/IHME) di Universitas Washington, Amerika Serikat, yang memimpin riset tersebut.

"Kita gagal mengubah perilaku - perilaku tidak sehat, terutama yang berkaitan dengan kualitas makanan, asupan kalori, dan kegiatan fisik, sebagian karena tidak ada perhatian yang cukup dari pembuat kebijakan dan pendanaan untuk kesehatan publik dan riset mengenai perilaku," tambahnya.

Beberapa dari faktor risiko dan penyakit tidak menular (PTM) yang disorot oleh penelitian ini, termasuk obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular, terkait dengan meningkatnya risiko penyakit serius dan kematian karena covid - 19.

Namun ditekankan penyakit tidak hanya berinteraksi secara biologis, tetapi juga berinteraksi dengan faktor - faktor sosial. Diperlukan tindakan darurat untuk mengatasi sindemik penyakit - penyakit kronis global, kesenjangan, sosial, dan covid - 19.

"Sifat sindrom dari ancaman yang kita hadapi menuntut kita untuk tidak hanya merawat setiap penyakit, namun juga segera mengatasi kesenjangan sosial sebagai latar belakang yang membentuknya - kemiskinan, perumahan, pendidikan, dan suku, yang semuanya merupakan penentukesehatan yang kuat," kata Pemimpin Redaksi The Lancet, Richard Horton.

Menurut Richard, covid - 19 merupakan keadaan darurat kesehatan kronis yang akut. Ia memperingatkan, sifat kronis dari krisis saat ini sedang diabaikan dan berpotensi menjadivancaman bagi umat manusia di masa depan.

Penyakit tidak menular, lanjutnya, telah memainkan peran penting dalam mempercepat kematian lebih dari 1 juta orang yang disebabkan oleh covid - 19 hingga saat ini, dan akan terus memengaruhi kondisi kesehatan di setiap negara setelah pandemi mereda.

"Sebagaimana kami sampaikan mengenai cara meregenerasi sistem kesehatan kita dalam kemunculan covid - 19, Global Burden of Disease Study ini menawarkan sebuah cara untuk menargetkan keberadaan kebutuhan yang paling besar, dan betapa hal ini berbeda - beda di setiap negara," terangnya.

Dalam dekade terakhir, kemajuan global di bidang kesehatan tidak merata. Negara - negara berpendapatan rendah dan menengah (Low - and middle - income countries/LMIC) telah memperoleh kemajuan yang mengagumkan di bidang kesehatan, terutama keberhasilan upaya mereka dalam menangani penyakit infeksi, persalinan, dan neonatal. 

Misalnya Ethiopia, Sudan, dan Bangladesh telah mengalami penurunan 2% atau lebih per tahun dalam tingkat gangguan kesehatan terstandardisasi umur (DALYs).

Namun para penulis memperingatkan bahwa sistem kesehatan LMIC tidak mempunyai perlengkapan memadai untuk mengatasi bertumbuhnya beban penyakit yang disebabkan oleh PTM yang telah meningkat di negaranegara berpendapatan rendah - menengah dari sekitar sepertiga dari keseluruhan beban penyakit di tahun 1990 menjadi hampir dua pertiga di tahun 2019. 

Lebih lanjut, meskipun kematian karena penyakit infeksi telah menurun secara substansial di seluruh LMIC, kematian (karena) PTM justru terus meningkat.

Di Uzbekistan, misalnya, diabetes naik dari peringkat 21 ke peringkat lima penyebab kematian utama (kenaikan sebesar 600% dalam jumlah kematian). Demikian pula, di Filipina, penyakit jantung iskemik telah meningkat dari peringkat ke lima menjadi penyebab utama kematian (kenaikan lebih dari 350%).

Sebaliknya, perbaikan dalam kesehatan mulai stagnan di sebagian besar negara - negara berpendapatan lebih tinggi, dan bahkan telah mundur di beberapa negara, khususnya Amerika Serikat, di mana tingkat gangguan kesehatan terstandardisasi usia telah meningkat sebesar hampir 3% selama dekade terakhir. 

Para penulis yakin bahwa alasan kurangnya kemajuan ini dapat mencakup naiknya tingkat obesitas serta hilangnya potensi untuk mengurangi merokok dan melakukan perbaikan lebih lanjut dalam jangkauan perawatan untuk tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi, yang akan diperlukan untuk mempertahankan penurunan kasus kematian karena kardiovaskular.

"Karena disabilitas menjadi porsi yang makin meningkat dalam beban penyakit global dan merupakan sebuah komponen yang lebih besar dari belanja kesehatan, maka terdapat kebutuhan yang darurat dan mendesak untuk mengidentifikasi intervensi baru yang lebih efektif," kata Murray.

"Dengan populasi global yang menua dengan cepat, tuntutan akan jasa kesehatan untuk menangani hasil - hasil yang mengecewakan dan kondisikondisi kronis, yang meningkat seiring usia, akan menuntut tingkat pendanaan yang lebih tinggi, komitmen politik yang kuat, akuntabilitas yang didukung oleh data yang lebih baik, dan sebuah upaya global terkoordinasi yang memprioritaskan mereka yang paling rentan," sambungnya. 

Komentar

Berita Lainnya

National 22 jam yang lalu

9 Reasons to Invest in Kota Jababeka with Profit Potential

Investment in Jababeka Industrial Estate in Cikarang, Bekasi or what is now known as the Independent and Integrated City has various potential benefits that can be an attraction for investors. Yes, PT…

Economy 24 jam yang lalu

PT Matahari Tire Indonesia, China's No. 1 Tire Manufacturing Company Officially Operates in Kendal SEZ

PT Matahari Tire Indonesia, a subsidiary of Zhongce Rubber Group Co Ltd (ZC Rubber) from China has officially started the operation of its new factory in Kendal Special Economic Zone, Central Java. The…

Science & Tech 24/12/2024 07:20 WIB

Minister of Industry Agus Denies Rumors that iPhone 16 Can be Bought on Pre-order

Minister of Industry Agus Gumiwang Kartasasmita strongly denied rumors that the iPhone 16 could be purchased for pre-order on Friday (20/12/2024). He said he had not received an investment proposal of…

Travel 23/12/2024 15:12 WIB

Launch of Shopping in Indonesia Only (BINA) Discount Program 2024

Coordinating Minister for Economic Affairs, Airlangga Hartarto together with Deputy Minister of Trade, Dyah Roro Esti; Deputy Minister of SMEs, Helvi Moraza; Deputy Minister of Tourism, Ni Luh Puspa;…

Science & Tech 23/12/2024 14:46 WIB

Indonesia Delivers 2.7 Million Doses of bOPV Polio Vaccine as Humanitarian Aid to Myanmar

As an expression of solidarity and the strong relationship between the people of Indonesia and Myanmar, the Government of the Republic of Indonesia has delivered 2.7 million doses of the bOPV polio vaccine…