Waduh Gawat! Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia Ini Akui Pertumbuhan Pendapatan RI Stagnan
Thepresidentpost.id - Jakarta - Pandemi Covid - 19 menurunkan secara tajam outlook perekonomian Indonesia sepanjang 2020. Hal itu juga berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan tingkat pengangguran dan kemiskinan di Tanah Air.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, kondisi tersebut mengancam upaya ekonomi Indonesia untuk tumbuh lebih tinggi dan keluar dari Middle Income Trap (MIT) atau stagnansi pertumbuhan pendapatan.
Perubahan secara fundamental itu mempersulit upaya Indonesia mengatasi tantangan jangka menengah dan panjang yang perlu diatasi agar lolos dari stagnansi perekonomian tersebut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, pemerintah harus mengambil langkah strategis untuk merespon persoalan itu. Meski begitu, ada faktor lain yang mendorong terjadinya stagnansi pertumbuhan pendapatan dalam negeri.
Faktor tersebut adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), gap infrastruktur, serta tingkat adopsi teknologi yang rendah menjadi penyebab produktivitas rendah di Indonesia.
Selain faktor pendidikan, kualitas SDM yang rendah juga disebabkan oleh masih besarnya kelas menengah dalam usia produktif namun memiliki kondisi sosial ekonomi yang masih rentan dan berada di sektor informal.
Di dalam faktor demografi ini juga terdapat faktor ketidaksetaraan gender serta mulai terjadinya proses penuaan penduduk (aging population).
"Selain itu, iklim usaha yang kurang kondusif serta regulasi dan birokrasi yang belum efisien mengakibatkan high cost economy yang menghambat daya saing perekonomian Indonesia, termasuk daya saing produk ekspor," ujar dia yang dituangkan dalam pokok - pokok kebijakan fiskal 2021, dikutip Jumat (24/12/2020).
Oleh karena itu, dia menegaskan, pada 2021 mendatang upaya untuk terus merealisasikan lima arahan strategis Presiden Joko Widodo (Jokowi) yakni pembangunan SDM, pembangunan infrastruktur, penyederhanaan birokrasi, penyederhanaan regulasi, serta transformasi ekonomi, mampu mengatasi tantangan fundamental agar Indonesia dapat terlepas dari MIT.
Sebelum pandemi Covid - 19, pertumbuhan ekonomi yang mampu dijaga pada kisaran 5 persen per tahun mampu mendorong indikator - indikator kesejahteraan masyarakat. Hal ini terlihat dari tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran terbuka (TPT), dan rasio gini yang menurun.
Di mana, sejak Maret 2018, tingkat kemiskinan single - digit berada pada tingkat 9,82 persen dengan tren yang terus menurun hingga menyentuh 9,22 persen pada September 2019. Sedangkan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga menurun dari 5,94 persen di tahun 2014 menjadi 5,28 persen pada Agustus 2019.
Demikian juga rasio gini yang sempat stagnan pada level 0,41 pada periode 2012 - 2015, menurun menjadi 0,380 pada 2019. Bahkan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga menunjukkan perbaikan yang signifikan dari 68,90 di 2014 menjadi 71,92 pada 2019.
Namun, tantangan perbaikan indikator kesejahteraan ini menjadi semakin besar saat pandemi di awal 2020 melanda Indonesia. Pandemi Covid - 19 telah menimbulkan dampak fundamental terhadap ekonomi Indonesia.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengutarakan, gangguan kesehatan pada masyarakat mendorong pemerintah melakukan langkah - langkah luar biasa dalam jangka pendek yang berfokus pada penanganan kesehatan, termasuk melalui realokasi anggaran dalam jumlah yang cukup besar ke sektor dan ekonomi.
Baca Juga
- Govt offers incentives for investors to build EV factories: Industry Minister
- 131,600 Households Enjoy Easy Access to Free Electrical Installation in 2023
- Indonesian Language Goes Global Through Workshop in Japan
- President Jokowi: Higher Education Plays Crucial Role in Producing Outstanding Human Resources
- Gradiant’s H+E Wins Contract in Germany to Build Water Treatment Facility for One of the Largest Semiconductor Fabs
Komentar