Kemenperin Mulai Bergerak, Substitusi Impor Ditargetkan Capai 15 Persen Tahun Depan
Thepresidentpost.id - Bandung - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong peningkatan daya saing industri nasional, salah satunya dengan implementasi substitusi produk impor. Targetnya tahun 2022 bisa mencapai 35 persen.
Sekretaris Jenderal Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, bahan baku dan penolong serta barang modal menjadi dua struktur yang paling banyak diimpor saat ini.
"Nah, dari dua struktur tersebut kita telisik satu per satu nomor HS, mana yang bisa dikurangi dan mana yang bisa disubstitusi," kata Sigit kepada wartawan di Bandung, Jawa Barat, Jumat (6/11/2020).
Jika ditelisik lebih dalam, menurut Sigit, IKFT dan ILMATE menjadi dua sektor yang paling banyak menyumbang impor bahan baku dan barang modal. Sektor yang dimaksud meliputi industri mesin, kimia, logam, elektronika, makanan, peralatan listrik, tekstil, kendaraan bermotor, barang logam, serta karet dan barang dari karet. Sedangkan untuk impor produk hilir, Sigit mengaku hanya sekitar 15 persen.
"Ini yang akan kami tangani melalui berbagai kebijakan. Kami percaya upaya ini akan mendorong pendalaman struktur industri, peningkatan investasi dan penyerapan tenaga kerja baru," ungkapnya.
Terkait investasi, Sigit mengungkapkan bahwa setidaknya akan ada investasi mencapai Rp 1.100 triliun yang akan masuk ke Indonesia hingga tahun 2023 mendatang. "Kita sudah inventarisir ada sekitar Rp 1.110 triliun total investasi yang akan masuk hingga tahun 2023. Ini sedang kami fasilitasi sehingga bisa mendorong pertumbuhan industri," terang Sekjen Kemenperin.
Selanjutnya, guna mencapai target substitusi impor 35% pada tahun 2022, Kemenperin juga melakukan langkah peningkatan utilisasi produksi seluruh sektor industri pengolahan, dengan target peningkatan secara bertahap pada tahun 2020, 2021 dan 2022 sebesar 60%, 75% dan 85%.
Dijelaskan Sigit, utilisasi sektor industri sebelum terjadinya Covid - 19 mencapai 75%. Saat ini, dengan adanya tekanan akibat pandemi, utilisasi turun drastis hingga 40%. Berkat berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi dampak Covid - 19 terhadap industri, saat ini rata - rata utilisasi sektor industri manufaktur perlahan mulai bangkit ke titik 56%.
"Karena itu, kami akan sekuat tenaga mendorong agar utilisasi terus meningkat. Saya optimis tahun depan substitusi impor mampu mencapai 15%," katanya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Dody Widodo mengungkapkan bahwa pihaknya tengah mengevaluasi dan memetakan barang baku dan modal apa saja yang bisa dijadikan terget program substitusi impor.
"Kita lihat terlebih dahulu data impor dan kapasitas dalam negerinya berapa, lalau kita petakan. Susah memang, tapi ini tahap awal untuk kemandirian industri dalam negeri," jelas Dody.
Lebih lanjut, ungkap Dody, pihaknya telah menyusun instrumen pengendalian impor salah satunya yaitu pengaturan pelabuhan di wilayah timur Indonesia sebagai entry point untuk komoditas yang diutamakan. Upaya ini diharapkan akan menkan masuknya barang - barang impor yang terus menbanjiri pasar dalam negeri.
Menurutnya, pemanfaatan berbagai instrumen tersebut memerlukan dukungan dari berbagai stakeholder, baik dari pelaku industri maupun kementerian dan lembaga lainnya.
"Sinergi antar seluruh stekeholder sangat diperlukan demi terciptanya industri dalam negeri yang lebih berdaya saing," tutup Dody.
Baca Juga
- Indonesia Delivers 2.7 Million Doses of bOPV Polio Vaccine as Humanitarian Aid to Myanmar
- Teaching Hospital will be Present in Jababeka City to Strengthen the Jababeka Medical City Ecosystem
- Govt offers incentives for investors to build EV factories: Industry Minister
- 131,600 Households Enjoy Easy Access to Free Electrical Installation in 2023
- Indonesian Language Goes Global Through Workshop in Japan
Komentar