Setop Laju Impor Keramik, Asaki Harap Pemerintah Lakukan Kebijakan Ini!
Thepresidentpost.id - Jakarta - Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) meminta pemerintah untuk segera mengeluarkan kebijakan penguatan dan perlindungan industri keramik nasional terutama yang berkaitan dengan impor.
"Selain peningkatan tingkat konsumsi masyarakat, perlindungan industri terkait impor juga sangat diperlukan agar demand dalam negeri tidak dinikmati oleh produk impor," kata Ketua Umum Asaki kepada Thepresidentpost.id di Jakarta (18/10/2020).
Berdasarkan data yang dihimpun Asaki, impor produk keramik periode Januari - Agustus 2020 hanya turun 7% year on year (yoy) dari angka USD 173 juta menjadi USD 159 juta.
"Namun angka impor India tetap meningkat cukup tinggi yaitu 39%, sedangkan China turun 22% karena diawal tahun negara tersebut menerapkan Lockdown," terangnya.
Selain itu, tambah Edy, pihaknya juga telah meminta kepada Kementerian Perindustrian agar persyaratan pengajuan SNI impor diperketat dan mengajukan penetapan minimum import price seperti yang telah dilakukan negara Vietnam dan Filipina terhadap produk India dan Vietnam.
"Kami juga telah meminta kepada Kementerian terkait penetapan pelabuhan inpor tertentu untuk produk keramik seperti di Dumai dan Bitung sebagai langkah antisipasi penerapan ODOL di tahun 2023," ungkap Edy.
Lebih lanjut, Edy menjelaskan bahwa dukungan yang diminta Asaki tersebut untuk mengantisipasi produk keramik impor asal China, karena negara tersebut lebih cepat dan sudah pulih dari pandemi Covid - 19.
Selain itu, Asaki mewaspadai peningkatan produk impor asal India sebagai langkah pengalihan negara tujuan ekspor yang tadinya ke negara Teluk dan Eropa dibelokkan ke Indonesia, karena sejak Juli lalu negara - negara tersebut menerapkan kebijakan antidumping terhadap produk India.
Sementara untuk ekspor produk keramik, Edy mengatakan terjadi peningkatan yang sangat signifikan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) penjualan ekspor keramik periode Januari - Agustus 2020 menunjukkan peningkatan 24% year on year (yoy) dari angka USD 36,2 juta menjadi USD 44,9 juta.
Angka tersebut ditopang oleh kinerja sales bulan Juli dan Agustus 2020 yang melonjak tinggi hampir 2 kali lipat dibanding periode yang sama di tahun 2019.
"Adapun, negara tujuan ekspor yang bertumbuh antara lain, Filipina, Taiwan, USA,Thailand dan Australia," jelasnya.
Disisi lain, Asak mengapresiasi langkah - langkah kebijakan pemerintah khususnya untuk industri keramik melalui stimulus harga gas sebesar USD 6 per MMBTU yang telah terealisasi tanggal 13 Aprill 2020 lalu yang mampu memberikan nilai penting bagi peningkatan daya saing industri keramik
Selain itu, pemberlakuan safeguard untuk produk impor asal India dan Vietnam yang telah berlaku mulai bulan Agustus 2020 juga diharapkan mampu mengerem angka pertumbuhan impor yang saat ini tren nya terus meningkat signifikan.
"Kedua stimulus yang diberikan pemerintah telah memberikan dampak nyata dan positif dalam membantu percepatan pemulihan industri keramik nasional yang mana per akhir September 2020 utilisasi kapasitas produksi nasional sudah meningkat kembali ke angka 60%," terangnya
Seperti diketahui, berdasarkan data Asaki, di awal pandemi Covid - 19 pertengahan bulan Maret dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tingkat utilisasi produk keramik pada kuartal II tahun 2020 berada di angka 30%.
"Apa yang telah diberikan pemerintah untuk mendukung dan menguatkan industri keramik selama setahun pemerintahan Jokowi - Maruf sangat dirasakan manfaatnya yang sangat tepat sasaran dan tepat waktu," tutupnya.
Baca Juga
- Govt offers incentives for investors to build EV factories: Industry Minister
- 131,600 Households Enjoy Easy Access to Free Electrical Installation in 2023
- Indonesian Language Goes Global Through Workshop in Japan
- President Jokowi: Higher Education Plays Crucial Role in Producing Outstanding Human Resources
- Gradiant’s H+E Wins Contract in Germany to Build Water Treatment Facility for One of the Largest Semiconductor Fabs
Komentar