Ini Manfaat Bioteknologi untuk Penguatan Pangan Nasional
Thepresidentpost.id - Jakarta - Peningkatan pemahaman masyarakat, terhadap bioteknologi pertanian khususnya bioteknologi dalam penguatan ketahanan pangan nasional. Diperlukan edukasi ke masyarakat.
Nah, edukasi dalam bentuk seri webinar biotek bertema “Potensi Bioteknologi Pertanian dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan di Indonesia” telah dilaksanakan 3 kali dengan menyoroti berbagai topik terkait update perkembangan bioteknologi baik di dunia maupun di Indonesia. Dalam seri ke 3 webinar biotek yang dieselenggarakan pada tanggal 17 Desember 2020.
Dr. Irdika Mansur (Direktur SEAMEO BIOTROP) menyampaikan bahwa penelitian dan pengembangan bioteknologi tanaman di BIOTROP meliputi pertama, rekayasa genetika untuk mendapatkan bibit unggul; kedua, Identifikasi dan kloning gen ketahanan terhadap hama dan penyakit; dan ketiga, Kultur jaringan tanaman untuk penyediaan bibit unggul.
"Dalam penelitian rekayasa genetika, Biotrop telah berhasil mentransformasi rumput laut dengan menggunakan perantara Agrobacterium tumefaciens untuk mendapatkan ketahanan terhadap hiposalin (2016 - 2018) yang dilakukan oleh Dr. Erina Sulistiani," katanya.
Selain itu di bidang kultur jaringan, Biotrop juga telah mengembangkan tanaman yang bernilai ekonomi tinggi seperti: kayu jati, jabon, sengon, chesnut, anubias, talas satoimo, gaharu, kayu putih dan beberapa tanaman lokal langka. Bibit tanaman yang diproduksi oleh lab Kultur Jaringan memiliki tingkat kematian yang sangat rendah.
Adi Nuryanto, Koordinator Kerjasama Luar Negeri, Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menjelaskan upaya peningkatan kualitas SDM di bidang pertanian saat ini sedang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Melalui Kerjasama dengan SEAMEO BIOTROP dengan mendirikan Program Sekolah Mandiri Produksi Sayuran dan Buah Edukasi (Smarts - Be) untuk sekitar 30 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang agribisnis dan agroteknologi seluruh Indonesia.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa revitalisasi SMK dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing SDM Indonesia mengamanatkan SMK merupakan salah satu ujung tombak pertanian nasional yang diprioritaskan.Penguasaan teknologi pertanian perlu diberikan kepada siswa didik di SMK Pertanian karenateknologi pertanian di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain. Hal ini mengingat beberapa kebutuhan pangan dalam negeri masih mengimpor dari luar negeri, padahal Indonesiamemiliki potensi yang belum dikembangkan. Revitalisasi SMK Pertanian diharapkan dapat mengatasi kekurangan bahan pangan di Indoneia dengan menciptakan tenaga terampil dan wirausaha bidang Pertanian.
Acara yang diselenggarakan oleh Indonesian Biotechnology Information Centre (IndoBIC), bekerjasama dengan SEAMEO BIOTROP, Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA), Persatuan Bioteknologi Pertanian Indonesia (PBPI) dan didukung oleh International Service for the Acquisition of Agri - biotech Applications (ISAAA) ini merupakan seri ke 3 dari rangkaian webinar biotek yang diselenggarakan sebagai bagian dari kegiatan sosialisasi lomba karya tulis untuk jurnalis. Awak media diharapkan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam mengkomunikasikan dan mempromosikan bioteknologi pertanian yang senantiasa dikembangkan sesuai kaidah ilmiah/sains yang sahih.
Ketua KTNA Winarno Tohir menjelaskan bahwa di tahun 2020, Etiopia berada di urutan ke 12 negara Adi Daya Pertanian dan Ketahanan Pangan versi FSI (Food Sustainability Indeks), sedangkan Indonesia urutan 21. Hal ini menandakan Indonesia yang tertinggal jauh dibandingkan negara di Afrika yang sudah menerapkan teknologi. Petani Indonesia saat ini sangat berharap masuknya bioteknologi ke Indonesia agar kesejahteraan petani meningkat seperti petani di negara - negara lain yang sudah terlebih dahulu menerapkan teknologi lebih awal yang di fasilitasi negaranya.
Prof. Dr. Bambang Purwantara menjelaskan bahwa berdasarkan laporan dari ISAAA, di tahun 2019, sudah ada 71 negara yang telah mengadopsi tanaman biotek sejak tahun 1996. 91 persen dari tanaman tersebut diproduksi oleh 5 negara mega bioteknologi yaitu Amerika Serikat (AS),Brazil, Argentina, Kanada dan India. 190,4 juta hektar lahan yang sudah ditanami tanaman biotek dengan 5 tanaman biotek utama yaitu jagung, kedelai, kapas, kanola dan alfalfa.
Dalam pemaparan kedua, Prof. Purwantara lebih lanjut menjelaskan mekanisme dalam lomba karya tulis jurnalis dengan tema bioteknologi pertanian yang akan diselenggarakan IndoBIC. Ia mengungkapkan target dari kompetisi ini antara lain antara lain:
a. Peningkatkan pemahaman (advancing knowledge) wartawan bidang pertanian/lingkungan hidup/ekonomi akan bioteknologi pertanian secara keilmuan/science base;
b. Kemampuan mengidentifikasi isu - isu krusial di sekitar bioteknologi global/regional/lokal;
c. Mendeteksi hambatan (regulasi, politik, anggaran pemerintah, keilmuan, lingkungan hidup, persepsi eksekutif, persepsi legislatif, persepsi publik) percepatan adopsi bioteknologi pertanian di Indonesia;
d. Penulis mampu mencetuskan gagasan solusi yang bisa ditempuh untuk mengurai hambatan tersebut merujuk best practise di negara maju dan local wisdom yang bisa diadopsi di Indonesia;
e. Penulis mampu memberi gambaran prospek masa depan pertanian berbasis bioteknologi secara global dan di Indonesia.
Diharapkan lomba ini akan diikuti oleh para praktisi media, baik dari kalangan jurnalis maupun publik. Adapun hadiah yang ditawarkan berupa uang tunai, sertifikat dan plakat bagi para pemenang. Lomba digelar mulai tanggal 18 Desember 2020 - 18 Maret 2021 dan malam penganugerahannya akan digelar pada bulan April 2021.
Baca Juga
- Govt to Form Task Force to Tackle Online Gambling
- Carsurin and NBRI Strengthen Strategic Alliance to Propel Indonesia’s EV Industry
- Jababeka (KIJA) Targets Marketing Sales of IDR 2.5 Trillion in 2024
- Celebrating 65 Years of Indonesia - Cambodia Relations: Indonesian Embassy in Phnom Penh Organizes Roundtable Dialogue
- Electric Cars are Indonesian Automotive Industry’s Future, President Jokowi Says
Komentar